Semakin Panjang, Semakin Niat

Semakin panjang, semakin niat, nah lo apa sebenarnya yang gue maksud?
Gue sendiri aja bingung maksudnya apaan, but this is the only I could think to titled it, heheheh.

Yang jelas, gue lagi rada kesal sama keperfeksionisan wali kelas yang juga merangkap sebagai guru bahasa Indonesia gue, gara-gara gue dibilang nggak niat ngerjain tugas. Jadi, sebelum libur awal puasa, beliau menugaskan kami membuat laporan menyimak khotbah. Terserah mau dengerin khotbah apa, begitu kata beliau. Yang penting, hasilnya nanti diketik dan ditulis dalam tabel, persis yang seperti di buku cetak.

Oke, jadi dalam rangka ngerjain tugas, pas tarawih hari pertama gue bawa buku tulis dan mencatat apa yang dikhotbahkan. Ya yang namanya ceramah sebelum tarawih, sepanjang-panjangnya paling-paling dua puluh menitan, itu pun inti permasalahannya sebenarnya dikit, tapi karena pengkhotbah biasanya ceramahnya semi ngobrol, jadi banyak yang diomongin. Dari ceramah malam itu, gue dapat tiga inti pokok ceramah. Emang sih, di tabel ada lima nomor kata kunci yang harus diisi, tapi gue pikir, kalo nyatanya memang cuma ada tiga, ya nggak papa kali.

Selanjutnya di rumah gue memindahkan tulisan gue dalam bentuk ketikan. Di tabel itu ada nama/tempat/waktu khotbah dll dan dua baris terbawah, ringkasan dan tanggapan.

Senin paginya, di sekolah, gue kumpulin tugas itu. Setelah semua tugas dikumpulin,
"Naah, lihat ya, dari tugas-tugas begini Ibu bisa menilai aspek kognitif dan psikomotorik sekaligus," kata beliau, ".. coba lihat yang ini," beliau menunjukkan lembar tugas yang isi ringkasan-nya bikin selembar HVS itu penuh.
"..dilihat dari kemaksimalan tugasnya, menandakan anak ini pasti bikin dengan sungguh-sungguh. Sekarang coba lihat yang ini," beliau mengacungkan dua lembar kertas yang salah satunya punya gue, "...sekarang kelihatan kan, mana yang bikin ala kadarnya seperti ini, mana yang nggak."

Seketika gue merasa ditampar.
"..bikin ala kadarnya? Oh please, for heaven' sake, gue sampai bela-belain nyatet beberapa khotbah dan milih yang paling berbobot dan relevan buat diambil hikmahnya!! Masa cuma gara-gara punya gue cuma tiga perempat halaman, dia bisa menyimpulkan, tanpa baca apa yang gue tulis, kalo gue bikin itu dengan ala kadarnya???"

Makin dongkol gue karena tahu, kalau tugas seseorang yang beliau bilang 'dibuat dengan sungguh-sungguh' tadi sebenarnya dibuat dengan ngarang mode on, soalnya orangnya lupa dengerin ceramah tapi copy-paste dari internet. Okelah, terserah sih teman gue mau ngerjain pake cara apa, tapi masa segitunya sih sampai apa yang gue buat nggak dihargai? Lagian kan yang diinstruksikan adalah RINGKASAN.

Kesimpulannya, menurut beliau, semakin panjang sebuah tugas kita buat, berarti kita akan semakin niat. Nggak peduli apakah tugas itu kita buat dengan memeras otak sendiri atau nyalin peresan otak orang. Nggak peduli juga apakah bermutu atau tidak. Yang penting panjang.

Aah....gue jadi merasa diingatkan, apakah gue juga orang yang terlalu cepat menilai keadaan dengan apa yang tampak di luar?

Semoga, jangan, ya Tuhan.


Comments

Popular Posts