Neo

"You're like a black cat with a black backpack full of fireworks. And you're gonna burn the city down right now." 

-Mayday Parade, Black Cat

Neo,
1 year and 2 months old

Sosok hitam dalam keranjang itu bernama Neo. Seekor kucing hitam peranakan Angora dan Persia yang meramaikan suasana rumah mungil di Bintaro sejak 1 Januari 2013. 

Sejak dulu, gue dan adik-adik memang kepingin banget punya kucing ras. Tentu saja, merawat hewan peliharaan bukan perkara mudah, membutuhkan waktu, tenaga, dan anggaran biaya khusus, sehingga orangtua kami angin-anginan meluluskan permintaan tersebut. Lagipula, harga seekor anak kucing ras tidak murah. Setelah beberapa waktu, datanglah tawaran dari salah seorang Budhe di Semarang yang memiliki banyak kucing untuk mengambil salah satu kucing miliknya. Jauh-jauh pergi ke Semarang sekalian menengok Eyang, inilah kucing yang diberikan pada kami: Neo.

Saat diberikan, usianya sudah 8 bulan, sudah lepas menyusu induknya dan bebas toksoplasma. Pertama kali datang, gue langsung tertawa melihat sepasang mata kuning dengan pupil bulat besar mirip burung hantu pada wajahnya yang hitam. Seluruh bulunya hitam legam, halus dan fluffy, membuatnya tampak seperti buntalan hitam gembung bermata kuning yang bisa berlari-lari. Sampai usianya satu tahun, tidak ada ornamen yang bisa jelas terlihat darinya selain mata kuning itu; dalam setiap fotonya ia bahkan lebih sering tampak mirip boneka atau siluet kucing di film kartun.

Dia senang berlari-lari, memanjati apapun, mengendus-endus, mencakar sofa, berguling-guling sambil menggigiti tali, minum air kolam ikan, dan nongkrong di atas DVD player sambil bengong menatap keluar jendela, memandangi suasana di luar rumah. Dia senang mandi air hangat, tapi entah kenapa benci pada bedak khusus bulu kucingnya yang dipakai setiap kali bulunya disisiri (setiap mau dibedaki, dia sudah memandangi si pembedak dari jauh dengan mata membulat, ambil ancang-ancang, lalu lari terbirit-birit). Dia tertarik pada aroma-aroma masakan, tapi tidak doyan apapun selain makanan kucingnya (satu fakta yang mana, sangat disukai Ibu). Dia punya tempat khusus untuk buang kotoran, tapi kadang iseng mengencingi tumpukan kain empuk atau buku yang sedang terbuka (kemudian, seperti tahu bahwa telah salah, ia akan lari lalu diam di pojok sambil menyembunyikan muka dan menatap orang yang menemukan kesalahannya dengan memelas). Dia senang dibelai-belai dan menyusupkan diri ke pangkuan orang untuk tidur diatasnya.

Suatu hari, bulunya rontok di mana-mana sampai gue khawatir ia sakit. Seminggu kemudian, gue menyadari bahwa bulunya tidak lagi hitam kelam, tapi berpola lurik-lurik warna putih keabu-abuan. Sekarang, ia mulai terlihat bertekstur dan mudah dispot walaupun sembunyi malam-malam di kolong mobil :D

Baiklah...sesuatu yang hitam, lalu sepasang mata kuning -_-


Walaupun sepertinya selalu bengong dan berwajah bego polos, gue selalu merasa Neo punya kecerdikannya sendiri dalam memandang dunia, juga dapat mengenali emosi orang-orang disekitarnya. Ia punya daya tarik bahkan terhadap Wahyu yang tidak begitu suka kucing. Wahyu bahkan menyitasi lirik Mayday Parade, Black Cat, ketika ia memberikan mixtape keempatnya (ia punya kebiasaan membuatkan gue mixtape, dengan tema berbeda tiap bulan, kind of memorial-and-fun bonding :p).

Ibu bahkan sudah punya rencana ingin mengawinkan Neo dan meminta satu atau dua anaknya, tapi gue curiga sebenarnya, bisakah Neo tertarik pada si betina alih-alih mengendus lalu bilang, "Miaw?" 

Neo, memanjat kotak obat. Cepat besar ya Nak :D

Comments

Popular Posts