Dear Dad


"Apabila ada sosok yang pernah memperkenalkan padaku,
Apa itu arti hidup,

yang terletak pada hening fajar dan tetes peluh,
pada suara-suara alam dan manusia,
pada jajaran kecambah dan telur-telur yang mungil,
dan pada pilihan atas keberadaan,
maka tak ada sosok lain yang bisa lebih kumaknai hadirnya daripada seorang Bapak."


Bapak,
aku telah mencapai usia ketika kedewasaan tak lagi dapat dielakkan. Kehidupan ini telah bergerak dari pundakmu, sepotong demi sepotong, menuju pundak dan langkahku sendiri. Kelak akan kuingat setiap kisah yang kau utarakan menjelang tidur, setiap lembar masa yang telah dialami dan disimpulkan untuk kupelajari. 


Apa yang kulihat pada gerak-gerikmu, tawa dan ketegasanmu. Manusia tak bisa luput dari salah, namun aku pun menyaksikan jejak perjalanan yang membekas pada kebijaksanaanmu.


Kelak tugasmu akan usai. Anak-anakmu akan tumbuh, barangkali melampaui ekspektasimu. Namun sepertiku, mereka akan menyimpanmu sebagai kenangan manis tentang masa kecil. Ketika dunia terlihat begitu baru, dan kami sapa ia tanpa rasa takut, karena hadirmu lebih menenteramkan dari perisai apapun.

Kelak, apa yang kau cita-citakan akan tercapai, sebab kami anak-anakmu memastikan apa yang kau tanamkan tak sekedar tumbuh di hati kami. Ia akan berbuah, tersebar, dan bertunas, serupa waris ilmu yang pancarannya tak lekas lekang.

Karena kami mengerti akan kebahagiaan sederhana tentang dirimu.

Karena kami mencintai sebagaimana kau mencintai.

Bapak,
aku bukan lagi bocah perempuan yang hobi membuntutimu saat berkebun, sambil menarik cacing-cacing tanah,

...tapi, aku akan selalu menjadi bagian dari pelipur laramu.




Anak sulungmu,
Pritha


Comments

Popular Posts