Botchan: A Modern Classic


Akhir-akhir ini, dikarenakan banyak hal yang membuat gue tidak bisa mengeluarkan uang hanya dengan satu-dua pertimbangan (jadi maksudnya duit gue hanya keluar buat skala prioritas 1-3 saking miskinnya -____-), gue jadi sedikit menderita kekurangan gizi dari bacaan bermutu. Jadilah setiap kali gue ingin membaca, gue terdiam sebentar di depan jajaran buku-buku lama, menimbang mana yang asyik dibaca sesuai suasana hati gue. Walaupun gue sudah ingat kata per kata karena nyaris setiap buku pernah gue baca lebih dari dua kali (sambil berpikir cobaa yang gue baca dengan begitu asiknya saat itu adalah buku teori trigonometri atau teori mekanika, jenius deh gue).

Tapi diantara sekian banyak buku, Botchan inilah yang paling 'gue banget'. Pengarangnya, Natsume Soseki, menggambarkan tokoh sentral Botchan sebagai seorang anak yang sejak kecil 'menyimpang' dari aturan orang kebanyakan di masa itu, sebab dia selalu berterus terang, tidak pernah kenal takut mempertahankan apa yang menurutnya benar, dan tidak pandai berbasa-basi dengan halus seperti lazimnya orang-orang di Jepang pada masa awal 1900-an.

Botchan tumbuh menjadi remaja yang tidak pernah dihargai dengan baik bahkan oleh kedua orang tuanya yang kemudian meninggal sebelum ia masuk perguruan tinggi, kecuali oleh pengasuhnya sejak kecil, Kiyo. Ia lulus sebagai seorang guru matematika dan mulai mengajar di tempat terpencil, desa di tengah pulau kecil, yang rupanya memiliki sistem berkepala orang-orang licik yang pandai menipu dan memutarbalikkan keadaan untuk mendapat keuntungan pribadi. Begitu kecilnya tempat tersebut sampai berita berapa mangkuk mi yang seseorang makan di satu malam bisa tersebar ke ujung lain pulau keesokan harinya. Merasa muak dengan segala hal yang ada di sana, Botchan terus berusaha meluruskan satu hal demi hal lain sampai ia menemukan kenyataan menarik yang tidak bisa ia ubah.

Melihat sampul bukunya, orang mungkin melisutkan kening, tapi begitu dibaca, sumpah, rasanya kayak nonton acara lawak. Satir abis! Nggak ada kesan boring sama sekali walaupun pesan moral dalam buku ini cukup berat. Lewat buku ini gue juga jadi tahu bahwa sejak tahun 1900-an, sekolah umum dan sekolah kejuruan, bahkan yang nun jauh di Jepang, udah hobi tawuran. Gue kira ini di negara-negara tertentu aja, hahaha.

Dan tokoh-tokoh lain yang digambarkan di sini, terutama yang kontra dengan Botchan, pas untuk mewakili karakter-karakter manusia di zaman apapun. Bahkan mungkin salah satu dari para pembaca, hehehe....sekaligus buat introspeksi diri seru juga, lho. A nice book to spend your time with. : )


Comments

Popular Posts