Mom's Little Daughter


Sewaktu kecil dulu, aku nyaris selalu merasa kesal pada Ibuku. Setiap hal yang beliau ucapkan, yang beliau maksudkan untuk mengarahkanku pada jalan terbaik, dan melindungiku dari hal terburuk, selalu saja kutepis, "...for God's sake, I'm not that little to being confused with myself, Mom.

Padahal kenyataannya, tentu saja, aku tidak bisa membereskan semuanya sendiri. 
Dan saat aku beranjak besar, ketika aku telah mulai tercerahkan dari euforia kanak-kanak, aku mulai menyadari, betapa besar peran beliau untukku, untuk setiap langkah yang aku pilih, untuk menjadikanku seorang 'aku' yang seperti sekarang. 
Meskipun, beberapa hal memang tidak berjalan sempurna, meskipun terlalu banyak hal yang harus direlakan, tetapi kupikir, tujuan Ibu sudah tercapai. 
Untuk apa? 

** 

Sejak kecil, banyak orang menilai bahwa aku bukan anak rata-rata sebagaimana kebanyakan anak lainnya. Bagaimana bisa? Aku tidak tahu. Mereka hanya akan mengucapkan sepatah pujian pada Ibu, dan Ibu hanya akan tersenyum, menatapku dengan bahagia. Dan satu hal yang aku tahu, tatapan Ibu membuatku merasa sangat berarti. 
Sebagai anak kecil, memang tidak banyak yang aku tahu. Ibu yang sedang berbincang dengan Ibu teman tetangga mengomentari dan mengatakan bahwa memang aku adalah anak yang tenang, tapi lincah dan cekatan. 
Aku cuma mengerutkan dahi. Apa artinya tenang tapi lincah dan cekatan? Bukankah dua hal itu berseberangan? 
"...anakmu itu dalemnya trustworthed lho," celetuk si Tante. "...pretty mature, to be compared to her friends in her ages." 
Haah. Apaan tuh traswertet? Apa pula arti serangkai kalimat panjang barusan? Si Tante nih, bikin penasaran aja. Aku menunduk, berpura-pura sibuk dengan boneka-bonekaku. 

Kadang, aku heran pada diriku sendiri, kenapa ia harus jadi pribadi yang begitu telitinya sampai mudah dikhawatirkan oleh sesuatu? Sepanjang hari kepalaku seolah memuai untuk mencoba menampung semua masalah yang ada sampai di ujung hari, aku akan terduduk, jengkel pada diri sendiri, dan melewatkan diri tanpa tidur sampai larut malam. Aku cuma ingin bisa menikmati apa yang aku miliki, dalam diam. Tapi dunia sekarang seperti benci dengan semua orang pendiam. 

** 

Aku dan Ibuku memiliki sifat yang sama sekali tidak searah. 
Ibuku tumbuh dari sepenggal masa kecil bahagia sebagai seorang anak kecil polos yang cantik dan menyenangkan hati semua orang. 
Aku, tumbuh dari sepenggal masa kecil sebagai anak pemikir yang tak punya toleransi terhadap semua bentuk "..yang tidak pada tempatnya." 
Memang tak banyak yang aku tahu. 
Hanya kenyataan bahwa aku memiliki indera untuk merasakan hal-hal tak tampak yang tidak semua orang bisa rasakan. Bukan, bukan hantu. Maksudku, bukan cuma itu. Tapi juga sensitivitas pada lingkungan yang seolah memberitahuku saat sesuatu yang tidak beres berjalan. 
Saat-saat tidak mudah di mana Bapak cuma punya dua pilihan antara menjaminkan rumah atau kehilangan lapangan kerja yang sudah beliau bangun dari nol, perselisihan-perselisihan kecil yang membesar antara orang tuaku, dan keluh kesah Ibu yang jauh dari figur periangnya di luar rumah. 
Bapak kesal karena ia berteriak dan diam sepanjang hari. Ibu sedih karena menangis. 
Hanya itu yang aku tahu. Meski sebenarnya mungkin aku tidak boleh tahu. 
Tapi, kurasa rasa tidak aman dan tekanan untuk bertahan itulah yang membuatku jadi berbeda. 
Sementara Ibu menjadi dewasa dalam masa dewasanya, aku sudah didewasakan oleh masa kecilku yang penuh tanda tanya, 

** 

Setelah aku beranjak besar, Ibu tidak lagi kesepian. Beliau akan senang bercerita banyak hal padaku dan aku akan dapat memahami hal-hal yang kedua adikku belum dapat. Sekalipun, sering kali, aku cuma mendengarkan dan tak bisa memberikan solusi. 
"...kamu selalu bisa melakukan apa yang Ibu nggak sanggup." 

Aku cuma bisa tersenyum. Ibu, aku bukan gadis manis yang periang seperti Ibu, bukan gadis romantis perasa yang bisa mudah mengungkapkan apa yang ia rasakan lewat kata-kata. Tapi akan aku katakan sesuatu untuk membuktikan bahwa aku mencintaimu : "..sampai kapanpun, Ibu...I'll still be your little daughter. No excuse.

She's the jewel of my eye :)

Comments

Popular Posts