Alumni

Wisuda adalah hari di mana saya duduk diam-diam seraya merapikan lipatan jarik dan mengucapkan perpisahan dalam hati, karena saya tahu: saya tidak akan pernah kembali. Semua bersapa dalam histeria, bertukar selamat dan doa. Setelah berbulan-bulan menulis dan merelakan tenaga untuk birokrasi tak penting, saya terlalu lelah, bahkan untuk bersemangat dengan diri sendiri. Adalah natural jika kita mendapatkan kelulusan setelah menyelesaikan syarat.

Orang sudah sering bilang kepada saya: Nak, jurusan kamu itu tidak ada masa depan karirnya. Saya tertawa, karena tanpa diberitahu pun saya tahu. Jurusan saya berpotensi melahirkan lulusan-lulusan besar kepala yang berasumsi bahwa dirinya--bukan ilmunya, adalah maha penting bagi kemaslahatan umat. Tidak akan ada satu pihak pun yang tertarik mempekerjakan individu besar kepala, karena "bekerja" selalu menuntut kesadaran akan kapabilitas diri dan kerjasama tim yang baik.

Ketika saya mendapat pekerjaan, sebagaimana kebiasaan masyakarat kita pada umumnya, mereka datang kembali dengan pertanyaan: Lho, kok pekerjaannya tidak sesuai dengan jurusan kamu? Apa tidak sayang dengan ilmunya? Ini menunjukkan betapa sebagian besar orang sebetulnya adalah manusia tidak tahu diri. Mereka sendiri yang telah mengatakan bahwa jurusan saya tidak memiliki masa depan untuk berkarir, dan berikutnya mereka sendiri yang keberatan ketika saya memilih karir yang tidak sesuai jurusan. Akankah mereka lebih puas ketika saya memilih karir yang tampak tidak ada masa depannya?

Saya tidak suka berpura-pura. Sementara saya suka berkecimpung dengan riset, saya tahu persis bahwa di negara ini, mengerjakan riset akan muspro jika saya masih menginginkan waktu yang nyaman untuk hidup beranak-suami dan pendapatan tetap yang cukup untuk memberi makan manusia selain diri sendiri. Saya pun tahu persis bahwa saya terlalu keras kepala untuk bekerja di bawah lini pemerintahan kita yang begitu "bersih". Maka, tidak ada yang lebih baik bagi saya selain bekerja di perusahaan orang. Mengapa tidak berwirausaha? Karena saat ini, kapabilitas saya belumlah feasible untuk berbisnis. Oh, dan jangan pernah mencoba membicarakan pada saya tentang start-up.

Menjadi alumni adalah merasakan, bahwa ketika kau memiliki point-of-view yang berbeda dari kumpulanmu, hidup pasca kampus adalah jauh lebih sepi, sunyi, dan sendirian. Tidak akan ada yang bisa diajak berbagi karena cita-citamu bukan cita-cita mereka. And years over years people will fight against each other about the best way to earn a decent living.

Seringkali, saya hanya ingin berbagi. Mari lihat dunia bersama-sama dan kalian akan terkejut menyadari bahwa satu-satunya keburukan di dunia adalah apa yang dibawa oleh manusia dalam perjalanannya memperebutkan sumber daya. Barangkali, berkuasa sangatlah nikmat. Barangkali, menjadi kaya raya memang menjanjikan hidup yang mudah. Tetapi apa serunya hidup jika isinya hanya nikmat dan mudah?

Tidak ada usaha yang jaya melalui pembangunan satu hari. Tidak ada buku brilian yang dihasilkan dari riset semalam. Gagal dalam seribu interview membuka kesempatan untuk diterima pada sepuluh ribu pekerjaan yang lain. Terlambat satu detik hari ini membuka kesempatan untuk sampai lebih awal pada enam hari lain di minggu ini. 

Menjadi alumni, membuka kesempatan bagi kita untuk berlatih menakar optimisme agar tak tertinggal oleh realita; dan yang paling penting... kita harus konsekuen.


Comments

Popular Posts