Kenakalan Era Informatika

Video dua selebritis beradegan seks. Tayangan itu muncul di mana-mana belakangan ini, dibahas diberbagai media massa, dan membuat gue begitu bosan melihatnya. Jangan salahkan infotainment. Yang lebih menjual pasti bakal bertahan cukup lama sebelum jadi basi, karena siapa sih yang tidak tertarik pada hal-hal berbau seksual?

Ini toh bukan kali pertama video bertema sama dipublikasikan. Kisah seksual selebriti, menurut gue, juga salah satu dari sekian dagangan kuno yang biasa ditawarkan dan, haha, selalu diminati. Dengan opini para senior dunia perfilman yang sedang geleng-geleng kepala pada merebak-ulangnya film-film sekedar menjual yang berkualitas buruk belakangan ini, tema itu jadi semakin pas!

Baiklah, lain kali saja gue membahas film… anyway, gue sedang mendengarkan Prambors saat menulis ini, dan tiba-tiba berkumandang lagu Efek Rumah Kaca—Kenakalan Remaja di Era Informatika, salute to you Guys—yang secara langsung menginspirasi gue menuliskan judul posting di atas. Lagu itu merangkum keprihatinan penciptanya atas bukti bahwa video seks—dan hubungan seksual itu sendiri—bukan monopoli orang-orang berkategori ‘dewasa’ secara umur. Setahu gue pun, di setiap sudut negeri ini bahkan ada anak-anak lepas Sekolah Dasar yang sudah melakukannya atas dasar ingin tahu, ingin lebih disayang pacar, atau ingin saja. Hiii.


Senang mengabadikan tubuh yang tak berhalang

Padahal hanya iseng belaka

Ketika birahi yang juara

Etika menguap entah kemana....



Sejujurnya, gue mengerti, di masa sekarang di mana untuk menyaksikan hal-hal yang lebih menarik dari sekadar gambar pose seksi di majalah stensilan—ala masa ortu gue remaja—sangat mudah, pastinya benar-benar menggoda iman untuk anak-anak belasan tahun berkadar hormon tidak stabil, apalagi yang tanpa pengawasan. Dan berdasarkan riset pribadi yang sudah gue lakukan, wahai para orang tua dan Bapak/Ibu Guru yang terhormat, tidak ada, anak remaja yang benar-benar ‘bersih’ di masa sekarang, jika ‘bersih’ sama dengan sama sekali ‘tidak memikirkan’. Yang ada hanyalah mereka yang bisa membatasi diri dan yang tidak.

Gue sendiri, dengan kapasitas gue sebagai sesama remaja, sangat tidak menganjurkan hubungan seksual sebelum menikah, tapi jika kalian memutuskan untuk melakukannya, gue sangat berharap, terutama buat para cewek, kalau kalian melakukannya atas alasan jelas yang datang dari hati terdalam kalian sendiri, apapun itu, bukan karena kalian diminta, disuruh, atau diancam pacar. Boys do have their own capability to be jerks no matter who they are. Karena bagaimanapun juga wanita kan yang paling merugi? Jadi kalau memang mau, jangan karena disuruh. Lebih rugi!

Apalagi kalau kerugian itu lalu terabadikan dalam sepotong video yang nantinya bisa saja terpeleset di-upload dan berselancar bebas di dunia maya…gue benar-benar tidak terbayang malunya seperti apa. Gue ingin sekali bertanya pada siapapun yang hobi merekam-rekam aktivitas demikian:

buat apa, sih? Buat ditonton ulang? [Iseng? Klise!]

Apa nggak geli, melihat diri sendiri bergerak-gerak dan bersuara ganjil begitu? [Yah, hak-hak elu sih sebenarnya, jadi ya terserah. Kalau akhirnya jadi masalah, itu toh bukan masalah gue, kan? Hehehe…]

Well, since I haven’t married to anyone, jelas gue tidak tahu seberharga apa rasanya, but even IF I have, I prefer to keep it in private. Happen once, enjoy it, then let it be a memory. Because that’s the way it could be such a worthy thing, isn’t it?


Oh nafsu menderu deru

Bikin malu...

Oh nafsu menderu deru

Susah maju...


Rekam dan memamerkan badan yang lainnya

Mungkin hanya untuk kenangan


Apakah kita tersesat arah

Mengapa kita tak bisa dewasa?


Jadi, keprihatinan Efek Rumah Kaca memang benar-benar serius. Kalau orang dewasanya saja seperti tak pernah puas….bagaimana dengan remajanya?


Comments

Popular Posts