Hypatia: Filsuf Alexandria dan Kebebasan Manusia

"Hypatia, atau yang dikenal sebagai Hypatia of Alexandria, anak perempuan matematikawan Theon Alexandricus, adalah seorang filsuf Neoplatonis Yunani yang hidup di masa antara AD 350--370 hingga AD 415. Hypatia mengepalai sebuah sekolah Platonis dengan subjek ajaran utama filosofi, matematika, dan astronomi bagi murid-murid dari berbagai suku bangsa di Alexandria. Hypatia dibunuh oleh sekelompok penganut Kristen atas tuduhan menghasut pemerintah provinsi Mesir dalam kasus sengketa antar kaum beragama."


Demikian keterangan tersebut tertulis dalam beberapa sumber, tersaji bersama spekulasi, kisah, mitos, pujian, celaan, dan opini mengenai seorang perempuan bernama Hypatia. Saya memutuskan membuang keterangan lain yang berlawanan antar sumber dan merangkum apa yang semoga tidak keliru saya anggap fakta sejarah dalam paragraf di atas. Sejujurnya, membaca sumber demi sumber, saya kian termenung.


Saya pernah membaca kisah Hypatia sebagai seorang penyihir yang dibakar hidup-hidup atas penolakannya mengakui Kristus ketika agama Katolik sedang berkembang, di suatu buku cerita anak yang telah saya lupa judulnya. Sekilas saja, tak begitu menarik perhatian ketika itu. Kisah berikutnya saya temui pada film Agora (2009) beberapa hari lalu. Seusai menonton film tersebut, saya menangis.


Agora bercerita tentang dinamika situasi sosial-politik Alexandria pada masa-masa awal berkembangnya Kristen Katolik dari sudut pandang seorang budak milik filsuf Hypatia. Terlepas dari unsur-unsur drama pada jalan ceritanya, film tersebut sebenarnya mencoba menggambarkan perbenturan dalam masyarakat Alexandria kala itu, di mana terdapat kaum Yunani yang menganut paganisme, kaum Yahudi, dan kaum Kristen Katolik yang dalam waktu singkat jumlahnya terus-menerus bertambah. Atmosfir pemerintahan Alexandria yang awalnya didominasi kaum Yunani pagan, lambat-laun berubah dengan makin banyaknya penduduk Yunani yang menganut Katolik. 

Sementara masing-masing kaum memiliki kecenderungan berseteru satu sama lain, hidup pula Hypatia yang tidak menyatakan keberpihakannya secara gamblang terhadap salah satu kaum. Meski diduga menganut paganisme, Hypatia memilih tetap memikirkan fenomena-fenomena alam dan mengajak murid-muridnya menelaah kebenaran alam semesta tanpa memandang perbedaan keyakinan. Oleh karena kecerdasan dan kepopulerannya, pemerintah seringkali meminta pendapat Hypatia dalam menyelesaikan masalah negara...hingga suatu saat ia dikenai tuduhan penyihir dari pendeta Katolik Alexandria dan dihukum mati.

Sosok Hypatia diperankan dengan baik oleh Rachel Weisz dalam film tersebut, hingga orang yang melihat dapat merasakan ketertarikannya yang mendalam terhadap tata surya, kecintaannya pada ilmu, keinginannya yang kuat untuk mengungkap bagaimana alam semesta berjalan...apa atau siapa yang ada di balik itu semua...dan mengapa? Mencari, terus mencari, tanpa mempedulikan pinangan seorang calon penguasa tahta, kesenangan layaknya wanita lain seusianya, seruan pendeta agar ia menganut agama baru...hingga akhirnya ia diperingatkan atas tuduhan penyihir dan hukuman mati. Pada kesempatan terakhir untuk menganut Katolik, ia pergi keluar rumah tanpa jawaban dan diseret ke gereja: dirajam, dimutilasi, lalu dibakar di tengah kota.

Begitu banyak hal yang bersinggungan dan Hypatia, barangkali, tak punya pilihan lain yang ia sukai selain mempertahankan pemikiran dan nuraninya. Pada masa itu, cara kaum Katolik menyebarkan agamanya memang radikal, dan hal tersebut masih tercatat rapi hingga hari ini. Siapapun yang tidak mengakui Kristus di bawah Katolik dianggap fasik. Selain di Mesir, pembantaian kaum pagan, khususnya wanita--tentunya setelah diklaim sebagai penyihir--terjadi hampir di setiap wilayah persebarannya. Pada masa itu pula, stigma perempuan sebagai pihak inferior pun masih sangat kental; menjadi seorang filsuf yang disegani, dan mendapat kehormatan dari pemerintah sebagai penasihat, akan mudah memicu kecemburuan. Satu-satunya hal yang dapat menyelamatkan perempuan pada masa itu ialah kepatuhan terhadap perintah, sehingga  dapat dipahami bila Hypatia, sebagai seorang pemikir, menolak untuk tunduk pada apa yang dirasanya tidak rasional.

Apa yang dialami Hypatia mungkin merupakan klise kaum perempuan pada setiap suku bangsa di muka bumi dari masa ke masa. Akan tetapi, konflik yang terjadi di sekelilingnya adalah salah satu bukti--di antara, barangkali, ribuan lainnya--bahwa perseteruan antar kaum beragama, apapun agamanya, adalah pula fenomena kuno yang hanya akan menghasilkan darah dan air mata. Pertama-tama yang datang adalah seruan untuk menyadari adanya Tuhan, yang tentu saja, relatif tidak membahayakan jiwa siapapun. Berikutnya, muncul keinginan menarik pengikut sebanyak mungkin. Seiring bertambahnya jumlah pengikut, kekuatan pengaruh akan bertambah pula. 

Ketika pengaruh kaum beragama tersebut mencapai dominan sebagai implikasi atas banyaknya massa, tinggal memberikan kesempatan sedikit saja pada satu tokoh agama dominan dengan watak keras kepala dan merasa paling benar, maka selanjutnya kaum tersebut akan bergerak di bawah pemimpin tersebut dengan perasaan sebagai yang paling benar. Kaum lain yang berbeda adalah tidak benar, atau dalam versi ekstrimnya, fasik. Apabila kaum lain membela diri, dengan keras kepala si kaum paling benar menasbihkan ketidakbenaran si kaum lain dan menjatuhkan tuduhan membelot dari kebenaran. 

Bila situasi semakin tegang, dapat terjadi pertumpahan darah yang berakhir dengan pembantaian massal atas salah satu kaum. Kaum yang kalah kemudian berusaha membalas dan bila kebetulan mendapatkan pemimpin yang juga keras kepala dan merasa paling benar, maka kisah selanjutnya kemungkinan bergulir sama persis dengan sebelumnya. Kaum A menghajar Kaum B. Kaum B membunuh Kaum A. Kaum A mengebom atom Kaum B. Terus saja terjadi seperti itu, dan Ketuhanan yang diperjuangkan oleh masing-masing kaum tidak akan berarti apa-apa lagi bagi mereka. Yang tersisa, hanya dua kelompok orang bodoh, bertengkar satu sama lain karena merasa paling benar dan suci.

Padahal, tidakkah hanya Tuhan yang akan tahu kesucian di hati setiap makhluk-Nya?

Masyarakat dunia mengembangkan ilmu dan teknologi dalam ribuan tahun terakhir. Teori-teori yang pernah dikemukakan tokoh-tokoh serupa Hypatia telah berkembang menjadi ribuan teori dan mungkin menghasilkan karya-karya yang masih digunakan hingga saat ini sebagai keperluan hidup manusia modern. Namun, seiring kemajuan tersebut, apakah perseteruan antar kaum--baik beragama ataupun tidak--berakhir?

Ketika film Agora usai, saya menangis, bukan semata atas keharuan menyaksikan pandangan terakhir Hypatia pada bentuk orbit elips yang baru saja ditemukannya dengan gembira (Hypatia meninggal sebelum sempat menuliskan publikasi orbit elips. Beribu tahun kemudian, teorinya dipatenkan Johannes Kepler). Saya menangis, bukan atas kekejaman tentara yang akan merajam dan menyeret potongan mayatnya ke tengah kota. Saya menangisi kesadaran atas kenyataan yang terjadi di sekeliling saya, menangisi superioritas, menangisi perseteruan dan pembantaian...

..atas akal sehat,

..hati nurani,

..dan kebebasan manusia.

Saya menangis.




P.S. : Bagi Anda yang masih merasa tersulut emosinya, ini adalah tulisan yang mengritik perilaku manusia, bukan agama. Bukan pula tulisan pro-kontra tentang agama. Terima kasih.

Comments

  1. Saya setuju dengan pendapat Anda, semua ini berdasar pada sifat manusia itu sendiri. Manusia yang jarang menggunakan pikiranx untuk berpikir cenderung mudah dimanipulasi krn merasa tak tahu apa2 dan dengan mudahnya menerima apa saja yg disampaikan kpdx. Ditilik dari sejarah menurut saya itu hal yang wajar terjadi krn saat itu tdk semua orang dapat dengan bebas mencari ilmu. Sejarah tinggal sejarah, sejarah sudah sepatutnya jadi pedoman bagi kita untuk terus menatap ke depan. Apa yng terjadi d masa lampau adalh krn keadaan yg memang seperti itu

    ReplyDelete
  2. Saya sampai tiga kali nonton film agora, dan saya sampai cari tau tentang hypatia. I adore her :)

    ReplyDelete
  3. saya baru saja melihat film nya , dan ternyata saya menangis juga

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts